Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
الحمد لله ربّ العالمين وبه نستعين وعلى أُمور الدّنيا والدّين والصّلاة والسّلام على أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى أله وصحبه أجمعين . أمّابعدُ
Sholawat
اللهم صل على محمد عبدك ورسولك كما صليت على آل إبراهيم وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم
Alhamdulillah malam ini kita bisa mulai melaksanakan Program dari Divisi Pendidikan dan Pelatihan Posthink yaitu Therapy Postive Mind
Hati-hati Menggunakan Kata “Mengapa’ atau ‘Kok’
Seorang suami pulang kerja, di tengah perjalanan ban motornya bocor. Lumayan jauh jalan kaki sambil menuntun motor untuk sampai ke tukang tambal ban. Sampai rumah istrinya bertanya sambil cemberut dan kecewa.
“Ayah, kok pulangnya telat, aku sudah nunggu lama?”
Seketika itu rasa capek suaminya menjadi bertambah, detak jantung menjadi meningkat, dan ada rasa malas untuk bercerita karena pertanyaan istrinya terdengar tidak nyaman di telinga dan seolah mengandung tuduhan yaitu telah mengecewakan istrinya karena menunggu lama.
Al Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits Anas radhiyallahu anhu :
“Anas membantu rumah tangga Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam selama 10 tahun, maka tidak pernah beliau berkata kepada Anas : “ah”, sama sekali. Beliau tidak berkata terhadap apa yang dikerjakan Anas : “Mengapa kamu berbuat ini.” Dan terhadap apa yang tidak dikerjakan Anas, ”Mengapa kamu tidak berbuat begini.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketika Nabi Muhammad kecewa, marah, ataupun ridha (tidak marah) senantiasa berada di atas kebenaran. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : artinya : “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu berbicara yang benar ketika marah dan ridha.” (Hadits shahih riwayat Nasa’i)
Pemakaian kata “mengapa” sering terkandung tuduhan atau menyalahkan di dalamnya. Kata “mengapa” membuat orang yang mendengar jadi marah, tekanan darah meningkat, detak jantung meningkat, dan emosi karena terkesan menyalahkan sebelum cari tahu penyebabnya.
Anak-anak atau orang dewasa akan cenderung bersifat defensif jika mereka merasa disalahkan. Apalagi, kebanyakan orang bertanya “mengapa” dalam situasi masalah.
Pemakaian kata “mengapa” tentu tetap boleh digunakan dalam konteks lain atau situasi lain.
Sumber : Buku Cara Efektif Mengasuh Anak dengan EQ dan lain-lain
#posthink
#komunitasberpikirpositif
#therapypositivemind
#divisipendidikan&pelatihanposthink
Ket : posthink = positive thinking