by Mardigu WP

Ketika shit happened dalam kehidupan saya di tahun 2008/2009, selama setahunan itu saya merangkak sana-sini, hasilnya hanya rata-rata saja. Aset mungkin ada, tapi beban utang dan cashflow minus. Tanpa lompatan dan strategi baru, hasilnya akan sama. Suatu hari istri saya mengingatkan,
“Kok nggak pernah nongkrong lagi sama Mas Amir? Sama Rizal (Risjad)? Sama Ketut (Masagung)? Sama Rosan?” dan disebutnya banyak lagi nama sahabat lama saya, yang ternyata sudah sekian tahun sejak terakhir saya bertemu dan nongkrong bareng mereka.
Nongkrong ini satu kunci “nyetem” vibrasi agar terinduksi. Lalu istri saya melanjutkan,
“Ayah kan bilang, berteman dengan siapa saja itu harus. Tapi nongkrong harus pilih-pilih agar kita terinduksi hal yang kita mau. Jadi nongkronglah dengan orang yang lebih sukses, lebih pintar, lebih soleh, dan yang pola hidupnya lebih sehat. Mana, kok nggak nongkrong sama orang-orang seperti itu lagi?”
Kalimat dari istri saya ini cukup menghentak. Ini membuat saya sadar bahwa nongkrong adalah salah satu kunci rahasia sukses versi pengalaman hidup saya. Ketika nongkrong 1-2 kali, saya sempat merasa sulit untuk nyaman. Sungguh, Bayangkan ya, Anda gerah nggak kalau dengar perkataan begini, “Eh, gue kalau ke Beijing males nih isi bensin di Bangkok atau Hongkong. Pengennya langsung aja. Harus ganti nih, kayaknya.”
Lalu yang lain menimpali, “Udah, pakai Bombardier aja kayak si B tuh juragan Kaltim. Empat engine-nya bisa langsung ke Beijing tanpa isi bensin.”
Atau contoh kalimat lainnya seperti ini, “Gue salah nih, beli yacht. Kepanjangan. Di Pelabuhan Benoa, Bali, nggak bisa merapat. Masa gue harus sewa sandaran TNI AL yang jauh dari keramaian?”
Jujur, saya gerah mendengar kalimat-kalimat seperti itu. Saya merasa seolah-olah mereka sombong. Padahal ya memang mereka standarnya begitu. Lalu di pertemuan berikutnya, telak sekali ketika sahabat saya si RR komentar ke saya, “Bro, tell you what… kalau kamu naik pesawat setahun 160 jam di first class, might as well kamu beli private jet karena ongkos kamu 160 jam sama dengan cicilan pesawat, dan dengan begitu kamu punya aset.”
Dweeerrr, saya manyun digituin, waktu itu gerah rasanya. Ya, dalam hati memang saya benarkan pernyataan tersebut, tapi tetap saja mendengarnya saya gerah. Ada kalimat di hati yang nyaut, “Itu uang proyek yang kena subprime mortgage 2008 belum recover, mau mikir beli pesawat lagi aja ini orang.”
Kalimat dari hati kecil seperti itulah yang rupanya cancelling prayers atau membatalkan doa sendiri! Saya akui, saya salah melakukan self-talk!
Ada setan kecil yang namanya “tidak percaya”, dan itu harus di-cleansing, harus di-detox. Proses detoks dimulai dari “tangan di atas”, give first, pasang implan kemakmuran dengan merasakan langsung kenikmatan kemakmuran. Dan jangan meng-cancel doa, kendalikan celetukan liar dalam pikiran.
Semoga rahasia kecil ini bermanfaat untuk kita semua
Sumber : Buku Sadar Kaya