
CUMA MODAL 200 RIBU, KINI PUNYA STOCKIST SAMPAI NIAS!
Bu Rahma hanyalah gadis pemalu dari Desa Klapasawit, Banyumas, anak seorang penderes nira dan pembuat gula jawa rumahan. Sebagai guru honorer dengan gaji minim, ia pernah hampir kehilangan rumah satu-satunya karena utang setengah miliar. Hari ini ia berdiri sebagai Diamond Director NASA, membawahi delapan stockist dari Tangerang hingga Nias.
Wanita bernama lengkap Rahma Wakhidaturrohmah ini menikah di semester tujuh dan melahirkan sebelum wisuda, hidup tak lantas mudah, apalagi ayahnya wafat seminggu setelah pernikahan. Namun ia tetap lulus tepat waktu dari IAIN Purwokerto. Setelah sempat menjadi guru honorer sambil mengasuh anak, Bu Rahma merasa butuh penghasilan tambahan tanpa harus meninggalkan rumah. Dari situlah ia menemukan bisnis NASA. Dengan modal Rp200 ribu yang dicicilnya, Bu Rahma memulai langkah besar dari rumahnya.
Tangis, Tekad, dan Titik Balik
Langkah pertama Bu Rahma di bisnis NASA tak selalu mulus. Gagal naik peringkat, jaringan runtuh, hingga suami yang awalnya skeptis terhadap bisnis MLM.
Beban hidup makin berat ketika usaha kontraktor sang suami terjerat utang setengah miliar. Rumah hampir disita, dan Bu Rahma harus berhadapan langsung dengan debt collector. “Saya hanya ingin bebas dari riba. Saya tidak mau mewariskan utang pada anak saya,” tegasnya.
Dalam kondisi seperti itu, Bu Rahma tetap rutin datang ke rumah Bunda Kris, menempuh tiga puluh menit perjalanan sambil menangis. Namun ia tak berhenti belajar dan bergerak. “Sebesar apapun hambatannya, impian saya harus lebih besar,” ungkapnya.
Peluang demi peluang dia kejar. Dari distributor di akhir 2016, ia terus naik peringkat hingga akhirnya menjadi Diamond Director di 2021. Ia juga berhasil membuka delapan cabang stockist dari Tangerang hingga Nias.
Mimpi yang Tidak Bisa Dibeli
Bu Rahma bukan hanya membuktikan dirinya mampu bertahan, tapi juga melesat. Dari perempuan desa yang pemalu, kini ia sering mengisi pelatihan, tampil sebagai pembicara, dan bahkan memimpin tim nasional. “Bisnis ini membuat saya belajar hal-hal yang tidak pernah saya dapatkan di sekolah, terutama tentang percaya diri dan komunikasi,” katanya.
Hasil kerja kerasnya nyata bisa umroh bersama mertua dan uplinenya, renovasi rumah, membeli sawah, hingga membiayai kuliah adiknya. Bahkan di tahun 2022, ketika banyak rekannya menjadi ASN P3K, Rahma justru memilih resign dari profesi guru honorer. “Saya tidak ingin seumur hidup di sekolahan. Saya ingin membersamai tumbuh kembang anak saya sambil tetap berkarya dari rumah.”
Bu Rahma yakin, yang membedakan antara mereka yang berhasil dan gagal di bisnis seperti ini bukan soal kemampuan, tapi kekuatan impian. “Kalau impian kita lemah, sedikit saja hambatan bisa membuat kita menyerah. Tapi kalau impian kita kuat, hambatan justru jadi booster.”
Kini, setelah ratusan kisah jatuh-bangun, Bu Rahma punya satu pesan: “Kita harus membayar untuk menjadi lebih kuat, lebih cepat, dan lebih tinggi. Tapi kita tidak perlu membayar apa-apa jika ingin tetap biasa-biasa saja.”