HIDUP PAS-PASAN ALA PAK DONO
Dono Sapari (EDD)
[Nasa Preneur 2015 Edisi Juli-Oktober] Hidup ‘pas-pasan’ memang bisa bermakna ganda. Bisa saja berarti penghasilan hanya pas untuk makan, atau bisa juga berarti penghasilan bisa pas saat mewujudkan sebuah keinginan. Misalkan, pas ketika ingin mobil ya bisa beli mobil, pas ingin haji ya bisa naik haji. Ya, kedua versi tersebut telah dijalani oleh Pak Dono Sapari.
Hidup pas-pasan versi pertama telah Pak Dono jalani sejak ia lahir hingga tahun 2010. Setelah gagal menamatkan bangku SMA karena alasan finansial, kerasnya kehidupan harus segera dia rasakan.
“Berbagai jenis pekerjaan telah saya jalani dengan penghasilan yang tak seberapa, saya juga sempat merantau ke Jakarta jadi kuli bangunan, sempat juga berkeliling Jawa Tengah dan Jogja jadi pengantar pedagang sayur,” kisah pria kelahiran Boyolali 37 tahun ini.
Bosan dengan pekerjaan yang tak kunjung mengangkat ekonomi keluarganya, tepat di tahun 2002 ia lantas kembali ke kampung untuk mengadu nasib dengan menjadi perangkat desa. Nasibnya tak kunjung berubah, bahkan ia berulang kali harus berurusan dengan debt collector karena menunggak cicilan motor.
Hidup pas-pasan versi kedua ala pak Dono dijalani selepas ia bergabung dengan NASA di tahun 2011. Roda nasib yang selama ini enggan berputar naik pun kini bergerak. Diakuinya, kesibukan awal bergabung di NASA cukup menghambat pekerjaannya sebagai perangkat desa, namun saat ini justru sebaliknya.
“Dulu NASA mengganggu kerjaan kantor saya, sekarang kantor mengganggu kerjaan NASA saya”, ujarnya senang.
Kini dengan penghasilan yang jauh berlipat dari penghasilannya sebagai perangkat desa, agaknya Pak Dono sudah bisa merasakan hidup pas-pasan dalam versi yang menyenangkan.
Terbukti dengan penghasilannya yang pas untuk membeli tiga motor dan satu mobil baru. Hal yang tak mungkin dia capai sebelum bergabung di NASA.
“Siapa takut hidup pas-pasan kalau hidupnya ala saya”, tutupnya sambil tersenyum.
Sumber:
https://drive.google.com/file/d/1HPCpAo2bzg9TDRN2jCRx_Fj6-_ABB5rY/view