
🍬🍭
Beberapa waktu yang lalu, ketika saya bertemu dengan seorang Event Organizer yang biasa menghandle acara hiburan yang biasanya menghadirkan para artis dan selebritis, kebetulan kami janjian menuju ke suatu tempat untuk grounding meeting event penggalangan bantuan korban gempa Pidie Aceh.
Pria yang secara usia hampir sama dengan saya ini, numpang di mobil saya dengan tujuan ingin ngobrol panjang lebar dengan saya selama di perjalanan dari Bekasi ke Jakarta…
Meski baru bertemu, pria ini tidak segan-segan curhat masalah hidupnya, banyak hal yang ia ceritakan, dan sebagai teman baru saya mencoba menjadi pendengar yang baik sambil tetap fokus menyetir mobil. Di sela ia bercerita, ada sebuah selftalk yang menurut saya sudah mewujud menjadi penghambat (mental block) nya.
“Mohon maaf Pak Hermawan, kalau saya ngomongnya blak-blakan seperti ini, karena saya ingin tahu apa yang salah dengan saya? Saya juga ingin bisa seperti Bapak, punya rumah sendiri, mobil, usaha, dan lain-lain…”
“Saya sering banget dapat uang banyak dari hasil event yang saya tangani, tapi ga tahu kenapa uang hasil keuntungan selalu habis tanpa sisa, ada saja keperluan yang mau ga mau saya harus mengeluarkan uang, entah itu untuk berobat sakit anak, istri, saudara, dipinjam teman, biaya operasi istri melahirkan, dan macam-macam masalah yang semuanya menguras uang…”
“Saya merasa sepertinya saya ga bisa kaya, mungkin Tuhan ga menghendaki saya jadi orang kaya…”
“Makanya sampai sekarang rumah saja masih ngontrak, sepeda motor satu saja BPKB nya sering saya gadaikan untuk keperluan biaya operasional makan minum sehari-hari…”
“Kadang saya malu, saya punya usaha penerbitan koran lokal, yang disana saya juga sebagai Pemimpin Redaksi, banyak orang menyangka saya banyak duit, padahal untuk membiayai cetak koran saja saya ngos-ngosan, biaya cetak, biaya operasional, lebih tinggi dari pembayaran iklan yang masuk…”
“Menurut Bapak, kira-kira apa yang salah dari saya ya? Saya merasa sudah kerja keras, saya sudah melakukan banyak hal, tapi kehidupan saya tetap saja kayak gini, anak sudah besar besar, tapi rumah saja masih ngontrak…”
“Saya ngomong seperti ini karena saya tahu, kata Bunda Keisha Bapak kan motivator dan terapis, ayo dong Pak kasih saya tips, apa yang harus saya lakukan?”
🍬🍭
Setelah mendengar curhatan bapak ini, sambil tetap fokus nyetir saya mengatakan,
“Menurut saya Bapak perlu mental blocking therapy, ada selftalk Bapak yang harus diubah dan diperbaiki, selftalk yang Bapak katakan barusan itu salah satu yang menjadikan hidup Bapak seperti berjalan di tempat, sehingga selama apapun Bapak berjalan, Bapak tidak pernah beranjak pergi ke depan, sehingga seperti berlari dalam putaran permainan musang…”
“Mulai sekarang jangan ngomong lagi kata-kata yang jelek setelah kata ga tahu kenapa, karena kata-kata setelah ga tahu kenapa itu langsung masuk kedalam pikiran bawah sadar Bapak…”
“Kalau memang bapak mau menggunakan kata GA TAHU KENAPA usahakan kata-kata setelahnya adalah kata-kata yang positif, kata-kata yang baik, kata-kata yang Bapak inginkan, dan bukan kata-kata yang tidak Bapak inginkan…”
“Termasuk kata-kata setelah kata TAPI, sebisa mungkin kata kata yang positif…” jelas saya.
“Maksudnya seperti apa Pak?” tanyanya.
Ya contohnya ketika bapak ingin memuji anak bapak,
“Nak kamu itu pinter loh sebenarnya, tapi joroookkk nya itu loh kok kebangetan…”
“Sayang kamu itu hebat loh sebenarnya, tapi bandelnya ga ketulungan!”
“Kamu itu cerdas loh sebenarnya, tapi kalau dikasih tahu orang tua susahnya minta ampun…”
“Menurut bapak kira-kira kata-kata mana yang lebih diterima oleh pikiran bawah sadar?” tanya saya.
Betul juga Pak ya, saya jadi ngerti sekarang, dulu waktu saya masih kecil orang tua saya pernah marah-marah sama saya, mungkin karena sangat kesal dengan kenakalan saya ia bilang begini,
“Otak kamu itu pinter, TAPI kamu ga bisa pegang uang banyak, kalau kamu terus begitu SAMPAI KAPANPUN KAMU GA AKAN BISA KAYA!”
Bahkan orang tua saya bilang begini, kalau lagi marah besar dengan kelakuan saya,
“Kamu nanti kalau besar mau jadi apa?!, Kalau kamu terus bandel seperti ini?!”
“Kalau kamu terus menjengkelkan orang tua seperti ini, selamanya kamu akan bisa kaya!”
“Percuma saja, meskipun kamu pinter kamu ga akan bisa kaya!”
“Kalau ingat ini saya merasa omongan ibu saya dulu itu seperti kutukan buat saya…”
la mengatakan dengan nada suara yang bergetar seperti ada rasa marah dan ingin menangis…. Dan saya langsung menghentikan mobil secara perlahan, untuk menepi sebentar, karena saya lihat ada seseorang yang harus saya bantu… seseorang yang dalam kondisi sudah diujung rasa putus asa, seseorang yang merasa kena kutukan orang tua…
🍬🍭
Lalu setelah mobil sudah ada ditepi jalan, saya menoleh kebelakang sambil memegang tangan bapak ini, saya katakan,
“Oke Pak, saya tahu akar permasalahan kesulitan finansial Bapak saat ini, jika Bapak mau saya bisa Bantu bapak untuk terapi… Ada selftalk orangtua yang menyebabkan kehidupan Bapak sampai saat ini seperti ini, Bapak ga usah khawatir, saya akan bantu Bapak… Insha Allah saya akan bantu Bapak untuk membuang semua program-program hidup yang tidak memberdayakan, yang terlanjur terinstal dalam pikiran bawah sadar bapak saat ini… Oke? Kita lanjut lagi sambil jalan ya Pak obrolannya?”
Dan singkat cerita dalam perjalanan pulang pergi dari tempat acara kami ngobrol panjang lebar tentang bahaya selftalk baik bagi diri sendiri, maupun bagi orang lain, apalagi jika selftalk ini diucapkan dalam kondisi yang sangat emosional… pengaruhnya ke pikiran bawah sadar bisa menjadi penghambat (mental block) seseorang untuk meraih suksesnya.
🍬🍭
Itulah kenapa, banyak trainer, banyak motivator didatangkan untuk melatih memberi motivasi, ga ada efeknya, ga ngaruh sama sekali, karena sebenarnya mereka ga butuh training atau motivasi, mereka ga butuh dilatih, tapi butuh diterapi.
Dalam perjalanan meraih mimpimu, pastikan sudah tidak ada lagi selftalk atau mental block yang tidak memberdaya hidupmu, untuk menghancurkan mental blockmu, setiap ada tantangan baru di depanmu, katakan, Aku yakin bisa! Aku harus bisa! Aku pasti bisa!
Sumber : Hermawan GS (Buku SelfTalk Pengubah Nasib)
#posthink
#komunitasberpikirpositif
#kisahinspiratifposthink
#divisipendidikan&pelatihanposthink
Ket : posthink = positive thinking