Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
الحمد لله ربّ العالمين وبه نستعين وعلى أُمور الدّنيا والدّين والصّلاة والسّلام على أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى أله وصحبه أجمعين . أمّابعدُ
Sholawat
اللهم صل على محمد عبدك ورسولك كما صليت على آل إبراهيم وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم
Alhamdulillah malam ini kita bisa mulai melaksanakan Program dari Divisi Pendidikan dan Pelatihan Posthink yaitu Therapy Positive Mind
🧸🧸🧸🧸
Bolehkah Kita Menggunakan Kata ‘Jangan’ Saat Melarang Anak?
🧸🧸
Bagaimana orang tua bersikap dan berbicara kepada anak dapat mempengaruhi perkembangan anak saat dewasa nanti. Banyak pendapat mengatakan, saat berbicara kepada anak, sebaiknya orang tua menghindari kata ‘jangan’ saat melarang anak-anak dalam melakukan sesuatu. Benarkah seseorang sebaiknya tidak menggunakan kata ‘jangan’ saat melarang anaknya?
Psikolog dari Fakultas UI Rose Mini Adi Prianto mengatakan, hal tersebut tergantung dari bagaimana kondisi si anak. “Pada usia-usia tertentu, anak kadang-kadang kalau dikatakan mau kiri atau kanan? Dijawab kanan, ikut kata yang belakang. Juga pada usia-usia tertentu, anak kalau dikatakan sesuatu malah melakukan hal sebaliknya. Untuk menghadapi anak yang melakukan segala sesuatu yang justru kebalikan dari yang diperintahkan orang tua, saat melarang anak yang demikian sebaiknya orang tua tidak menggunakan kata ‘jangan’.
Menurut Psikologi dari Lembaga Psikologi Anava, Solo, Jawa Tengah, Maya Savitri boleh tidaknya penggunaan kata ‘jangan’ tergantung dari konteks. Kata ‘jangan’ sebaiknya dihindari kalau diucapkan dengan nada marah dan berulang karena akan membuat anak jadi takut untuk berbuat salah. Akan tetapi jika pengucapannya diucapkan dengan nada yang pelan dengan intonasi rendah serta disertai dengan penjelasan sebab akibat yang logis, itu tidaklah masalah.
Dalam Al-Qur’an kata ‘jangan’ tersebar pada 368 ayat. Konsep ketaqwaan menjalankan perintah dan menjauhi larangan, amar ma’ruf nahi munkar mengandung maksud penganjuran pada hal yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang oleh syariat agama.
🧸🧸
Kisah Luqman Hakim dalam Al Qur’an Surat Luqman: 13-18 menjadi rujukan dalam konsep pendidikan Islam dan di dalamnya termuat atas beberapa larangan-larangan. Kata ‘jangan’ tentunya menjadi tujuan bagi seorang yang mendidik. Di situ pemakaian kata ‘jangan’, setelahnya ada penjelasannya.
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar’.” (QS Luqman: 13).
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu-bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan,” (QS. Luqman:14-15).
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri,” (QS Luqman: 17-18).
🧸🧸
Dari penjelasan di atas, penggunaan kata “jangan” boleh digunakan dan sebaiknya dihindari pada kondisi tertentu:
1. Kata jangan boleh digunakan untuk anak balita dengan intonasi rendah, tidak marah, dan memberikan penjelasan detail apa yang Anda inginkan. Misal, saat anak sedang mencoret-coret tembok, “Jangan mencoret-coret tembok ya, nanti temboknya kotor dan tidak mudah dibersihkan. Jika ingin menggambar, di kertas ini ya.”
2. Kata jangan sebaiknya dihindari karena kadang pada usia-usia tertentu, anak kalau dikatakan sesuatu malah melakukan hal sebaliknya. Untuk menghadapi anak yang melakukan segala sesuatu yang justru kebalikan dari yang diperintahkan orang tua, maka sebaiknya orang tua tidak menggunakan kata ‘jangan’. Bisa diganti kata lain. Misal, “Jangan berdiri!” diganti dengan “Menulisnya sambil duduk ya!”, “Jangan teriak-teriak!” diganti dengan “Suaranya pelan ya, nenek sedang bobok!”
3. Kata jangan boleh dipakai pada anak-anak pada situasi genting atau mendesak karena orang tua perlu tegas melarang supaya aman dan anak tidak mengulangi lagi. Misal, “Jangan main di jalan!”, “Jangan main api!”
Sumber:
– https://www.kompasiana.com/afidatus/5bbf332a6ddcae336676b624/islamic-parenting-hindari-kata-jangan-dalam-mendidik-anak
– https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/26/120700265/bolehkah-kita-menggunakan-kata-jangan-saat-melarang-anak-?page=all
#posthink
#komunitasberpikirpositif
#therapypositivemind
#divisipendidikan&pelatihanposthink
Ket : posthink = positive thinking